Cerita Sex Memuaskan Nafsu Nyonya Besar part 3

Tapi dia segera menyadari ini semua dia yang memulai. Badannya menggelinjang menahan geli ketika dengan agak paksa namun tetap pelan Wie berhasil memasukkan penisnya (yang memang keras dan lumayan itu) ke peralatan rahasianya.

Beberapa saat kemudian Wie secara naluriah mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur.
“Clep.. clep.. clep..!” bunyi penisnya beradu dengan vagina Bu Winda yang basah belum dicuci setelah persetubuhan pertama tadi.
“Plak.. plak.. plakk..,” kadang Wie terlalu kuat menekan sehingga pahanya beradu dengan paha putih mulus itu. gentot

“Ohh.. enak sekali..” pikir Wie.
Dia merasakan kenikmatan yang lebih lagi dengan posisi dia yang aktif ini.
“Ehh.. shh.. okh..,” Wie benar-benar tak kuasa lagi menutupi rasa nikmatnya.

Hampir beberapa menit lamanya keadaan berlangsung seperti itu. Sementara Wie selintas melirik betapa wajah Bu Winda mulai memerah. Matanya terpejam dan dia melengos ke kiri, kadang ke kanan.

“Hkkhh..” Bu Winda berusaha menahan nafas.

Mulanya dia berfikir pelayanannya hanya akan sebentar karena dia tahu anak ini pasti sudah diujung “konak”-nya. Tapi ternyata, “Huoohh..,” Bu Winda merasakan otot-otot kewanitaannya tegang lagi menerima gesekan-gesekan kasar dari Wie. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak terbangkitkan hasrat sex nafsu nya.

Wie terus bergoyang, berputar, menyeruduk, menekan dan mendorong sekuat tenaga. Dia benar-benar sudah lupa siapa wanita yang dihadapannya ini. yang terfikir adalah keinginan untuk cepat mengeluarkan sesuatu yang terasa deras mengalir dipembuluh darahnya dan ingin segera dikeluarkannya ..!!”Ehh..” Bu Winda tak mampu lagi membendung hasrat sex nafsu nya.

Daster yang tadinya dipegangi agar tubuhnya tidak banyak tersingkap itu terlepas dari tangannya, sehingga kini tersingkap jauh sampai ke atas pinggang. Melihat pemandangan ini Wie semakin terangsang. Dia menunduk mengamati alatnya yang serba hitam, kontras dengan tubuh putih mulus di depannya yang mulai menggeliat-geliat, sehingga menyebabkan batang kemaluannya semakin teremas-remas.

“Ohh.. aduh.. Bu..,” Wie mengerang pelan penuh kenikmatan.
Yang jelas Bu Winda tak akan mendengarnya karena beliau sendiri tengah berjuang melawan rangsangan yang semakin dekat ke puncaknya.
“Okh.. hekkhh..” Bu Winda menegang, sekuat tenaga dia menahan diri, tapi sodokan itu benar-benar kuat dan tahan.
Diam-diam dia kagum dengan stamina anak ini.

Akhirnya karena sudah tidak mampu lagi menahan, Bu Winda segera mengapitkan kedua pahanya, tanganya meraih sprei, meremasnya, dan.., “Aaakkhh..!” dia mengerang nikmat. Orgasmenya yang kedua dari si Wie malam ini.

Sementara si Wie pun sudah tak tahan lagi. Saat paha mulus itu menjepit pinggangnya dan kemudian pantat wanita itu diangkat, penisnya benar-benar seperti dipelintir hingga, “Cruuth..! crut.. crut..!” memancar suatu cairan kental dari sana. Wie merasakan nikmat yang luar biasa. Seperti kencing namun terasa enak campur gatal-gatal gimana.”Ohk.. ehh.. hh,” Wie terkulai.

Tubuhnya bergetar dan dia segera mundur dan mencabut penisnya kemudian terhenyak duduk di kursi sebelah meja di kamarnya. Wajahnya menengadah sementara secara alamiah tangannya terus meremas-remas penisnya, menghabiskan sisa cairan yang ada disana. Ooohh.. enak sekali..

Di ranjang Bu Winda telentang lemas. Benar-benar nikmat persetubuhan yang kedua ini. Beberapa saat dia terkulai seakan tak sadar dengan keadaannya. Bongkahan pantatnya yang mengkal dan mulus itu ter-expose dengan bebas.

Rasanya batang kenyal nan keras itu masih menyumpal celah vaginanya. Memberinya sengatan dan sodokan-sodokan yang nikmat. Wie menatap tubuh indah itu dengan penuh rasa tak percaya. Barusan dia menyetubuhinya, sampai dia juga mendapatkan kepuasan. Benarkah..?

Sementara itu setelah sadar, Bu Winda segera bangkit. Dia membenahi pakaiannya. Terlintas sesuatu yang agak aneh dengan anak ini. Tadi dia merasa betapa panas pancaran sperma yang disemburkannya. Seperti air mani laki-laki yang baru pernah bersetubuh.

“Berapa jam biasanya kamu melakukan ini dengan Inah, Wie..?” tanya Bu Winda menyelidik.
Wie terdiam. Apakah beliau tidak akan marah kalau dia berterus terang..?
“Kenapa diam..?”
Wie menghela nafas, “Maaf Bu.. belum pernah.”
“Hah..!? Jadi selama ini kamu..?”
“Iya Bu. Saya hanya diam saja setelah Ibu pergi.”
“Oo..,” Bu Winda melongo.

Sungguh tidak diduga sama sekali kalau itu yang selama ini terjadi. Alangkah tersiksanya selama ini kalau begitu. Aku ternyata egois juga. Tapi..?, masa aku harus melayaninya. Apapun dia kan hanya pembantu. Dia hanya butuh batang muda-nya saja untuk memenuhi hasrat sex nya yang menggebu-gebu terus itu. Selama ini bahkan suami dan pacar-pacarnya dulu tak pernah mengetahuinya. Ini rahasia yang tersimpan rapat. gentot

“Hmm.. baiklah. Ibu minta kamu jangan ceritakan ke siapapun. Sebenarnya Ibu sudah bicara sama Inah mengenai masalah ini. Tapi rupanya kalian tidak nyambung. Ya sudah.. yang penting sekali lagi, pegang rahasia ini erat-erat.. mengerti..?” kembali suaranya berwibawa dan bikin segan.

“Mengerti Bu..,” Wie menjawab penuh rasa rikuh.

Akhirnya Bu Winda keluar kamar dan Wie segera melemparkan badannya ke kasur. Penat, lelah, namun nikmat dan terasa legaa.. sekali.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *