Bokep Tirai Kelabu Kehormatan Afni

Hari Minggu pagi jam 6:00 terdengar suara meraung-raung sirene sebuah kendaraan. Sebuah mobil ambulans keluar dari sebuah pertokoan di wilayah Ciledug yang sedang dalam tahap pembangunan. Sesaat kemudian mobil polisi mengikuti di belakangnya. Minggu pagi itu beberapa pekerja bangunan baru saja menemukan sesosok wanita muda yang tergolek pingsan di lantai empat pertokoan yang sedang dibangun itu. Tubuhnya ditemukan dalam keadaan telanjang dengan noda-noda darah setengah mengering di wilayah selangkangannya. Jelas dari kondisi seperti itu wanita tersebut pasti adalah korban pemerkosaan. Setengah jam kemudian ambulans telah tiba di rumah sakit. Nampak beberapa orang perawat UGD menyiapkan tempat tidur dorong untuk membawa si korban. Selanjutnya empat orang membopong sesosok tubuh wanita yang berselimut dari dalam mobil ambulans. Wanita muda itu tampak masih pingsan. Dari rona wajahnya wanita itu kira-kira berusia 24 tahunan dan tingginya semampai sekitar 150 cm. Warna kulitnya tangannya sawo matang khas orang Indonesia tetapi di bagian pundaknya dan sebagian dada atas yang tidak tertutup selimut warnanya cenderung lebih terang sebagaimana halnya wajahnya yang tetap tidak dapat menyembunyikan kemanisannya meski dia berada dalam keadaan pingsan. Besar kemungkinan warna kulit tangannya yang cenderung coklat itu akibat pemaparan terhadap sinar matahari. Mungkin wanita pingsan itu sehari-harinya suka mengenakan baju lengan pendek atau bahkan lengan buntung. Tidak lama kemudian wanita pingsan tersebut telah dibawa sampai di sebuah ruangan yang tidak ada seorang pasienpun. Mungkin itu adalah ruang VIP atau ruang periksa khusus. Tidak lama kemudian seorang dokter pria datang ke ruangan itu.

“Bagaimana keadaannya…” dokter bertanya kepada suster yang menjaga wanita pingsan itu. Bokep 

“Masih pingsan dok….Dia mengalami pendarahan….” Suster menjawab.

Dokter itu kemudian menyibak selimut yang menutupi wanita itu dan melihat kondisi tubuhnya yang telanjang bulat. Kemudian dokter tersebut memerintahkan dua orang suster untuk memasang kait penggantung kaki yang terdapat pada sisi kanan dan kiri tempat tidur. Kait yang terbuat dari bahan elastis itu dipasang pada pertemuan antara betis dengan paha. Dengan demikian pantat wanita pingsan itu menjadi sedikit terangkat dan kedua kakinya menjadi terbuka lebar sehingga terlihat jelas alat kelamin dan anusnya. Metoda itu adalah yang biasa dilakukan oleh para dokter untuk melakukan pemeriksaan kemaluan wanita. Dengan bantuan cahaya sinar halogen dokter mulai memeriksa seputar alat kelamin wanita itu. Ada sedikit darah yang masih mengalir dari liang kehormatannya. Tampak sekali memar di daerah labium mayora vaginanya sehingga terjadi pembengkakan di wilayah itu. Dari kondisi itu jelas bahwa pelaku pemerkosaan pasti lebih dari satu orang. Vagina yang membengkak itu memperlihatkan goresan-goresan yang menandakan bahwa telah terjadi luka-luka lecet pada alat kelamin wanita itu. Selanjutnya dokter memerintahkan salah seorang suster untuk mengambil alat pemeriksa vagina. Alat berbentuk seperti moncong bebek yang terbuat dari logam itu dimasukkan secara perlahan ke dalam vagina wanita itu. Tidak dalam mungkin hanya sekitar 1 sampai 1,5 cm. Setelah itu terdengar bunyi klik dan moncong bebek itu bergerak membuka vagina wanita pingsan tersebut. Bagian dalam vaginanya segera dengan mudah terlihat. photomemek.com Nampak sekali selaput tipis didalamnya yang bentuknya sudah tidak beraturan. Terdapat sobekan ke segala arah yang menandakan bahwa selaput dara wanita itu telah koyak. Adanya sedikit darah yang mengalir dari sela-sela selaput yang terkoyak itu menunjukkan bahwa peristiwa robeknya selaput dara masih belum lama terjadi. Dipastikan bahwa peristiwa perkosaan itulah yang telah merenggut keperawanannya. Setelah mengamati dengan seksama alat kelamin wanita itu kini dokter beralih ke anus wanita pingsan tersebut yang juga nampak memar. Terdapat benjolan di sekitar anus yang cukup besar sehingga hampir bersinggungan dengan wilayah vaginanya. Terlihat noda darah yang mengering di mulut anus wanita itu. Berarti pelaku perkosaan tidak hanya melakukan perudungan seks vaginal tetapi juga anal. Setelah membuat catatan-catatan untuk kepentingan pembuatan visum dokter segera memerintahkan suster untuk melepas kait penahan kaki. Kemudian dokter mengambil sebuah suntikan serta sebotol kecil cairan warna oranye dari dalam saku baju putihnya. Dokter membuka penutup jarum suntik dan memasukkannya ke dalam botol kecil berisi cairan oranye tersebut melalui tutupnya yang terbuat dari karet. Sekitar 5 mL cairan disedot oleh alat suntik itu. Selanjut dokter meminta suster untuk memiringkan tubuh wanita pingsan tersebut. Dokter akan menyuntikkan obat pencegah kehamilan melalui bokong wanita pingsan itu. Setelah menggosok wilayah bokong wanita itu yang akan disuntik dengan kapas beralkohol, jarum segera ditancapkan setengahnya ke bokong wanita tersebut. Tidak ada respon yang terlihat. Cairan oranye itu dengan lancar bergerak masuk ke tubuh wanita pingsan itu melalui bokongnya. Tidak lama kemudian seluruh cairan telah disuntikkan ke tubuh wanita itu dan dokter segera pergi meninggalkan ruangan.

Pukul delapan pagi menunjukkan tanda-tanda bahwa wanita pingsan itu mulai siuman.

“Aakkkhhhh…….aaddddduhhhhh………….aadduuhhhhhhhh hhhh”

Wanita itu rupanya mulai merasakan nyeri di vagina dan anusnya akibat perbuatan biadab orang-orang terhadap tubuhnya. Suster yang menjaga di ruangan itu segera mendekati wanita yang mulai siuman tersebut.

“ddiiiii…..ddiimanna…..aakuu…….” Suara wanita itu masih bergetar.

“Tenang..mbak aman di sini…..Ini adalah rumah sakit…..” Suster menjawab.

Wanita yang siuman itu kini menyadari tubuhnya yang telanjang di bawah selimut. Seketika ia teringat kejadian semalam yang menyebabkan kehormatannya terenggut paksa. Seketika itu pula jerit histerisnya mulai keluar

“Aaaaaa………..ttiiiiiddaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk……………… ………….”

Wanita itu mulai menangis meraung. Suster berusaha untuk menenangkan wanita muda itu. Tetapi gerakan wanita yang mulai liar itu membuatnya kewalahan. Rupanya perasaan shock yang mendera wanita muda itu menyebabkan ia berperilaku liar seperti itu. Jerit tangisnya melengking tinggi memenuhi ruangan berukuran 6m x 6m itu. Akhirnya suster menekan bel untuk meminta pertolongan perawat lain. Tidak lama kemudian beberapa orang suster datang ke tempat. Tidak ada cara lain kecuali memberikan obat penenang agar wanita itu tidak berlaku semakin liar. Dua orang suster memegang tangan wanita itu dan tubuhnya dibuat tengkurap.

“Ttttiidaaakkkkk…..llleeepassssssssssskaannnn…………… .” wanita itu terus menjerit.

Dengan cepat suster menyuntikkan obat penenang melalui bokong wanita itu dan lambat laun suara teriakan wanita itu mulai melemah. Suster melepas pegangan tangannya dan mengembalikan wanita itu ke posisi berbaring. Terlihat mata wanita itu yang sayu serta air mata yang telah meleleh keluar. Suster di ruangan itu tidak tega melihat kondisi wanita itu. Sebagai sesama perempuan mereka dapat merasakan betapa sakitnya kehilangan harga diri akibat diperkosa. Obat penenang itu akan bekerja selama 3 jam.

Pukul 12 siang tiga orang polwan masuk ke ruangan dimana wanita itu dirawat. Wanita korban pemerkosaan itu sudah mulai sadar dan mulai sanggup menguasai keadaannya.

“Nama anda adalah Afni ?……” Seorang polwan membuka pembicaraan.

Wanita itu mengangguk lemah.

“Anda berprofesi sebagai desainer busana…..? ” Polwan itu melanjutkan pertanyaan.

Kembali wanita itu mengangguk lemah.

“Kami memperoleh kartu identitas saudari dari mobil xenia yang anda kendarai. Anda tinggal di wilayah Jakarta Timur. Apakah anda tinggal bersama keluarga…?”

Wanita itu kini menggeleng.

“Anda tinggal di kontrakan…..”

Kini wanita itu mengangguk lagi.

“Apakah anda bisa menceritakan kronologis kejadian yang menimpa diri anda?”

Kali ini wanita bernama Afni itu hanya terdiam. Bibirnya nampak bergetar. Matanya mulai berkaca-kaca menandakan ada kepedihan yang mendalam dalam lubuk hatinya. Keadaan menjadi hening selama beberapa saat. Sekitar 3 menit kemudian perkataan mulai keluar dari mulut Afni. Meski menyakitkan dia mulai memutar kembali memori yang mengisahkan rusaknya masa depannya sebagai seorang wanita.

FLASHBACK

Sabtu pukul 3 sore itu Afni berada di Pasar Senin. Hari itu dia bermaksud membatalkan pesanan sejumlah kaos yang akan dia desain atas pesanan salah satu instansi pemerintah di Jawa Barat. Kualitas kaos yang tidak sesuai dengan kesepakatan menyebabkan Afni memutuskan untuk mencari supplier lain yang lebih dapat dipercaya dan bertanggung jawab.

“Pokoknya pak saya tidak jadi ambil kaos seperti ini…………….” Afni berucap dengan nada seperti orang berdebat

“Tetapi kaos itu kan sesuai dengan pesanan…..” Bokep 

“Warnanya sesuai…..ukurannya juga sesuai…Apalagi……”

Terdengar suara berat laki-laki memprotes ucapan Afni.

“Bahan kain ini tidak sesuai dengan yang sudah kita sepakati…” Afni menyanggah pernyataan laki-laki itu.

“Bahan seperti ini tidak mungkin bisa untuk didesain seperti yang customer saya menghendaki..?” Afni melanjutkan perkataan.

“Barang yang neng mau itu harganya sudah naik…jadi tidak bisa dengan harga yang neng tawarkan kemarin…kecuali kalau jumlah kaosnya dikurangi…” Laki-laki itu begitu saja menjawab kekesalan Afni.

“Lantas kenapa kemarin tawaran saya bapak terima…” Afni kini menjawab dengan kesal.

“Lantas neng maunya apa……” Laki-laki itu mulai sewot juga.

“Saya mau uang saya kembali seluruhnya….pesanan dibatalkan…” Afni menjawab dengan nada yang tidak kalah sewotnya.

“Tidak bisa kami sudah menyerahkan uang pesanan ke supplier kaos itu” kembali laki-laki itu menjawab.

“Saya enggak mau tahu pak. Pokoknya pesanan batal dan uang saya kembali…” Afni tetap bersikukuh.

“Kalo begitu silakan aja neng datang ke tempat supplier kaos itu” Kini dengan enteng laki-laki itu menjawab.

“Itu bukan urusan saya. Silakan bapak berurusan dengan supplier itu dan sekarang juga bapak serahkan uang yang saya berikan minggu lalu” Afni terus ngotot.

“Ok. Saya tidak ada uang sekarang. Bila neng mau uang itu kembali hari ini saya antar neng ke tempat supplier itu di Ciledug” Laki-laki itu kini tidak dapat lagi menahan kekesalannya.

“Ciledug….? Saya tidak ada waktu sekarang” Afni berucap.

“Tidak ada waktu sekarang tidak ada juga uang sekarang” laki-laki itu kini berkata dengan nada melunak.

Afni berpikir cepat. Hari ini masih pukul setengah empat sore. Perlu waktu satu jam setengah untuk dapat mencapai Ciledug bila dia dapat menghindar dari kemacetan. filmbokepjepang.com Tapi hari ini dia butuh uang itu untuk memesan kaos di tempat lain yang lebih dapat dipercaya. Akhirnya dia mengambil keputusan menyetujui untuk pergi ke Ciledug.

“Baiklah kalau begitu. Antarkan saya ke tempat supplier kaos itu” Afni memberikan keputusannya.

“Hei Tigor bilang pada yang laen saya akan ke Ciledug” Laki-laki itu berkata kepada anak buahnya.

“Beres bang Bingsar”

Segera laki-laki bernama Tigor itu pergi meninggalkan Afni dan laki-laki yang ternyata bernama Bingsar.

“Ayo kita berangkat” Bingsar berkata

“Ayo” Dengan segera Afni menimpali.

Keduanya segera menuju kendaraan masing-masing.

“Tunggu saya di depan pintu keluar parkiran, saya pakai colt diesel” Bingsar berkata lagi.

“Baik, saya pakai mobil xenia warna kuning” Afni menjawab.

Sepuluh menit kemudian Afni sudah berada di depan pintu keluar area parkir Pasar Senin. Masih belum nampak tanda-tanda mobil Bingsar keluar. Sekitar 5 menit kemudian keluar mobil colt diesel warna biru muda. Nampak Bingsar mengeluarkan tangannya memberikan kode kepada Afni untuk mengikutinya. Afni sempat melihat Bingsar tidak sendirian dalam mobil itu. Setidaknya ada 4 orang dalam mobil colt diesel itu yang sempat dilihat oleh Afni. Tapi Afni tidak ingin memusingkan hal itu. Tujuannya hanya satu cepat sampai di Ciledug dan mengambil kembali uang yang telah ia berikan kepada Bingsar.

Pukul 5:30 sore kedua mobil itu tiba ditempat yang dituju. Berarti perjalanan ke Ciledung telah mereka tempuh selama dua jam. Afni sedikit merasa aneh karena tempat yang mereka tuju adalah pertokoan yang sedang dibangun dan tidak ada tanda-tanda bahwa toko itu sudah dioperasikan. Rupanya Bingsar melihat gelagat itu.

“Supplier ku itu namanya Daeng. Dia telah booking salah satu ruko yang sudah jadi. Ada di sebelah sana” Bingsar menunjuk ke arah bangunan lantai empat yang nampak lebih rapi dari lainnya. Lokasinya lebih menjorok ke dalam. Ada sedikit rasa was-was dalam hati Afni. Tetapi melihat masih ada sinar matahari pada hari itu dia merasa sedikit nyaman. Bingsar mengajak Afni ke sana . Mereka berjalan melewati pelataran parkir yang belum diaspal. Ada sebuah mobil jeep land rover terpakir disana. Afni menjadi bertambah lega karena berarti memang ada orang lain di wilayah bangunan tersebut. Di belakang ada 3 orang mengikuti mereka. Mereka adalah orang-orang yang tadi berada satu mobil dengan Bingsar. Afni berfikir pastilah mereka hanya pembantu-pembantu Bingsar. Melihat bentuk badannya mereka lebih layak disebut sebagai preman. Dua orang yang mengenakan oblong tanpa lengan terdapat tato di lengannya. Masing-masing berbentuk seekor ular dan bunga mawar. Satu orang lainnya adalah Tigor juga punya tampang preman meski tidak ada tanda-tanda tato di lengannya. Afni sedikit merasa takut dengan keadaan itu tetapi keinginan untuk segera mendapatkan uangnya kembali mengalahkan segalanya.

“Ayo kita naik ke atas” Bingsar membuyarkan lamunan Afni.

Afni sedikit ragu melihat jalan yang dimaksud Bingsar harus melewati sebuah lorong yang terlihat agak gelap.

“Ayo cepat kita ke lantai empat sebelum hari gelap”

Bingsar berkata sambil berjalan mendahului. Afni segera mengikuti arah Bingsar di belakangnya. Afni melihat bangunan-bangunan yang masih belum selesai dan banyak potongan-potongan kayu berserakan. Hanya butuh sekitar 8 menit mereka sudah tiba di lantai empat. Bangunan dilantai itu terlihat lebih rapi daripada yang sebelumnya mereka lewati. Bingsar segera menuju ke arah rolling door yang terbuka. Ruangan didalamnya diterangi oleh lampu yang tenaganya diperoleh dari mesin generator listrik berukuran kecil.

“Halo kawan kita sudah datang” Bingsar berucap sambil berjalan masuk melewati pintu itu.

“Ayo neng ikut masuk” Bingsar memanggil Afni yang berjalan di belakangnya.

Tidak lama muncullah Afni di depan pintu terbuka ruangan itu.

“Silakan masuk” orang yang ada dalam ruangan itu menyilakan Afni untuk masuk. Ukurannya cukup luas sekitar 12 m x 8 m. Rupanya ruangan itu belum dipasang sekat sehingga terlihat sangat luas.

“Saya Daeng” orang itu memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangan.

“Afni” jawab gadis itu dan tangannyapun terulur menerima jabat tangan Daeng.

“Itu di sana kawan saya yang pakai kaos loreng merah namanya Cokro sedangkan satunya lagi Darto”. Kedua nama yang disebut Daeng tadi mengangkat tangannya tanda perkenalan.

“Ok. Bingsar apa yang bisa saya lakukan” Daeng mulai bicara pada pokok persoalan. Bingsar bercerita seluruhnya yang dibenarkan oleh Afni.

“Tetapi mbak Afni pesanan tidak boleh dibatalkan. Kaos sudah terlanjur dibuat. Kami akan rugi dengan pembatalan itu” Daeng berkata.

Tetapi Afni tetap tidak mau menerima kualitas bahan itu hingga Daeng mulai terlihat kesal.

“Ok kalo begitu tunggu di sini akan saya kembalikan uang anda” Daeng berkata.

Setelah itu dia pergi menuju rolling door yang terbuka dan menghilang dalam lorong. Tidak sampai satu menit Daeng telah masuk kembali kali ini bersama Tigor dan dua rekannya. Daeng segera menutup rolling door. Afni sangat terkejut dengan tindakan Daeng itu.

“Mmmee mmmeengapa pintunya ditutup pak…..” Suara Afni seperti tersumbat dalam kerongkongan.

“Tidak apa-apa karena saya akan mengembalikan uangmu tanpa ada orang lain yang melihat…..” Daeng menjawab.

Afni sedikit lega mendengarnnya.

“Tapi ada satu syarat yang harus kau penuhi….” Daeng kembali berkata

“Apa itu…” Afni bertanya kepadanya.

Daeng hanya tersenyum dan tidak menjawab. Matanya terus memperhatikan Afni terutama lekuk tubuhnya yang ramping itu tampak menarik baginya. Dengan menggunakan celana ukuran 3/4 itu semakin menunjukkan kemolekan tubuh Afni terutama sekali bagian bokongnya. Dadanya memang tidak terlalu besar. Mungkin hanya 34A atau B saja. Tetapi yang pasti postur tubuhnya memang menunjukkan kesintalannya yang tidak dapat dipungkiri dari bentuk lengannya yang saat itu menggunakan baju tanpa lengan.

Afni yang diperhatikan begitu rupa merasa risih dengan tatapan itu.

“Apa syaratnya pak….” Kembali Afni berkata.

Daeng seketika buyar lamunan joroknya dan sedikit tergagap dia menjawab

“ehh anu…..eh…..itu….” Daeng menjawab begitu rupa sehingga nampak bahwa saat itu dia telah dirasuki unsur birahi.

“Aku ingin kau melayaniku………” Daeng berkata sedikit lebih tegas setelah berhasil menguasai dirinya kembali.

“Apa…..bapak jangan kurang ajar ya…” Afni nampak tersinggung dengan perkataan Daeng.

“Cepat berikan uang itu kepada saya…” Afni berkata dengan ketus berusaha menegarkan diri meskipun kini detak jantungnya mulai cepat.

“Baiklah…Darto Cokro kalian tahu apa yang harus dilakukan” Daeng berujar

“Beres boss” serentak Cokro dan Darto bergerak mendekati Afni dari belakang. Demikian juga lima orang pria lainnya mendekati Afni. Afni mulai kelihatan panik.

“Aaapppaaa…aaapaaaa… mmaauuu kkkalaliiiiaannnn ssseeebeennnaarrrrnyaaa??” Suara Afni bergetar.

“He he he…..kami hanya pengen merasakan itu….yang ada di balik celanamu….” Tiba-tiba Bingsar berkata seperti itu yang disambut dengan tertawa oleh yang lainnya. Kini rasa panik benar-benar melanda Afni

“Tttttiiddaaakkkkkkk…….aaaakuuuuuuu…tttiiidaaakkk. .mmmaauuu” Suara Afni semakin serak pertanda dia mulai ketakutan.

Dari arah belakang Darto tiba-tiba memeluk Afni. Secara refleks Afni meronta melepaskan diri

“Bbbaaaaajjiiangaaannnn…llllepassssakaaann!!! !!!!”

Ketika berhasil melepaskan diri dari dekapan Darto segera Afni membalikkan tubuhnya dan “Plakkkk!!!!!”. Afni mendaratkan tamparan ke pipi Darto. Darto sama sekali tidak menyangka akan mendapat tamparan itu yang membuatnya sedikit tertegun selama beberapa detik. Kemudian tangan kirinya mengelus pipinya yang mendapat tamparan dari Afni.

“Binal juga cewek ini…..” Darto berkata.

“Kalo binal pasti enak goyangannya…….” Tigor menimpali ucapan Darto.

Afni merasakan gelagat yang tidak baik. Tanpa basa basi dia segera berjalan setengah berlari menuju rolling door yang ditutup oleh Daeng. Ketujuh laki-laki dalam ruangan itu membiarkan saja apa yang dilakukan oleh Afni. Ternyata pintu itu terkunci. Tidak ada jalan keluar selain pintu itu. Daeng membawa kunci rolling door itu.

“Tolong pak buka pintunya….Ambil saja uang saya. Biarkan saya pergi” Afni menghiba.

“Tentu kami akan membiarkanmu pergi tetapi dengan syarat itu tadi…” Daeng menjawab permohonan Afni

“Tttttiidaakkkkkkkkkk…….” Afni mulai menjerit setengah menangis.

“Ayolah manis kami akan memberikan kepuasan kepadamu……” Cokro mulai ikut-ikutan bicara.

“Iyalah…jangan takutlah… Mau diajak melayang ke sorga kok malah takut he he he….” Teman Tigor yang bertato ular itu nampak menyeringai. Matanya memerah. Berarti diapun sudah dikuasai oleh nafsu birahi.

“Iya ayolah cepetan deh dituntasin……udah gak kuat nih…” orang bertato mawar juga ikut berkata.

Afni mulai merasa lemas. Tujuh pria itu memang telah punya niat busuk untuk melakukan ruda paksa pada tubuhnya. “DIPERKOSA” adalah satu hal yang paling mengerikan bagi para wanita termasuk Afni. putri77.com Selama ini dia hanya mendengar di televisi atau membaca di koran mengenai kasus pemerkosaan. Kini kejadian yang paling ditakutinya itu akan menimpa dirinya. Sekarang empat orang pria mulai mendekati dirinya. Tigor dan dua orang temannya yang bertato serta Cokro menuju kearahnya,

“Ttttiiddaaakkkkk…….jjjajaanngaaannnn ppaakkkssaa ssaayaaaa” Afni terus menghiba dan berusaha beringsut ke tempat lain. Namun kemanapun dia menghindar tidak akan lepas dari kejaran pria-pria yang telah dirasuki hawa nafsu itu.

“Ttttidaaakkk……tttoooooooolonnngggggggggg” Afni berusaha menjerit sekerasnya. Namun di areal bangunan luas yang masih dalam proses penggarapan itu tak akan ada seorangpun yang akan mendengar jeritannya.

“Jjjaangannn…pppaaakkk..jjjjaanngaannnn mmembuattku tttakuttt..” Afni menghiba lagi.

“Tak perlu takut manis….. kau akan puas bersama kami……” Cokro berujar

“Iya bertujuh lagi….kau akan lemas puas dengan kejantanan kami ha ha ha……….”Orang yang bertato mawar mulai berujar mesum.

“Tttiiddaaakkk..jjaangann….ssssayyaa..tttiiddakk…. .mmmaauuuu…” Afni terus menghiba mengharap keempat orang itu tidak memaksanya. Namun tetap saja keempat orang itu terus menghampirinya. Afni sudah akan beringsut lagi tetapi nampaknya sulit bagi dirinya untuk menghindar dari keempat orang yang semakin dekat dengannya itu

“Ttiidakkkkk..lllleepasssskaaaannnnnnnnn…”

Afni menjerit ketika satu tangannya berhasil dicekal Cokro. Afni berusaha menarik tangannya lepas dari tarikan Cokro. Tetapi cengkraman Cokro pada pergelangan tangannya terlalu kuat. Afni bermaksud memberikan perlawanan dengan akan menampar wajah Cokro oleh salah satu tangannya yang masih bebas. Tetapi gerakannya itu kalah cepat dengan gerakan Tigor yang terlebih dahulu menangkap pergelangannya sebelum mendarat ke wajah Cokro.

“Bawa cewek binal itu ke matras” Darto rupanya masih kesal dengan tamparan Afni.

Kini Cokro dan Tigor menyeret Afni yang terus mencoba meronta untuk melepaskan diri menuju matras yang tebalnya sekitar 20 cm. Tampaknya matras double size itu memang sengaja ditempatkan di sana, mungkin buat tukang-tukang bangunan yang ingin beristirahat. Matras itu nampak sudah lusuh. Pasti sudah sejak lama matras itu ada di sana. Kini Tigor dan Cokro sudah mendekati matras itu. Afni semakin panik dan rontaannya semakin kuat. Gadis itu menyadari kalau tubuhnya akan direbahkan di atas matras lusuh itu untuk dinikmati beramai-ramai oleh 7 lelaki yang semuanya telah dirasuki nafsu birahi. Rasa takut untuk melakukan hubungan seks dengan cara dipaksa seperti itu semakin mendera jiwa Afni.

“Ttttiidaakkkkk…lleepassskaaaaannnnn….bbbbaaajjjii nngggaannnnnnnnn……” Afni meronta kuat dan memaki dengan keras di sela-sela nadanya yang sudah terdengar mulai menangis itu. Dua teman Tigor yang bertato itu mengerti kesulitan Cokro dan Tigor untuk menundukkan Afni. Segera orang yang bertato ular membantu mendekap tubuh Afni dari belakang sedangkan yang bertato mawar menangkap pergelangan kaki Afni. Kini tubuh Afni yang meronta-ronta dalam bopongan meraka tidak sanggup lagi untuk menolak direbahkan pada matras itu. Keempat orang yang memegang tubuh Afni itu segera menurunkannya ke atas matras dan masing-masing ambil bagian memegang tangan dan kaki Afni sehingga tubuhnya menjadi terlentang. Cokro dan Tigor menahan tangan Afni sedangkan dua orang yang bertato memegang kaki Afni. Sekarang Afni sudah tidak berdaya. Hanya tangisan keras yang sanggup ia lakukan. Kini Darto mendekati Afni yang tidak berdaya itu. Terlihat senyum nafsunya yang menyeringai. Jakunnya naik turun menahan gejolak birahinya. Gerakan Afni yang terus meronta itu menimbulkan sensasi erotis bagi Darto. Rasanya dia sudah tidak sabar lagi untuk melihat gundukan daging di balik celana dalam Afni yang sebentar lagi akan ditembusnya. Rupanya Darto mendapat kesempatan pertama untuk menikmati tubuh Afni. Kini Darto membuka baju kaos yang ia kenakan. Terlihat banyak bulu-bula dadanya. Dengan posturnya yang agak gendut itu menyebabkan Darto mirip gorilla bila bertelanjang dada. Nyali Afni semakin ciut. Teriakan menghibanya itu tidak seorangpun yang menghiraukan. Dan kini Darto telah berada di depan tubuhnya. Afni sudah sangat panik sekali.

“He he he non binal…..kini saya pengen merasakan kebinalan tubuhmu”

Darto berucap yang membuat Afni semakin menjadi ketakutan.

“Ttiidakkkk..jjaaannggannn…tttooloongg lleepaskannn saaya….” Afni menjerit

Tapi Darto tidak menjawab. Tiba-tiba saja dia langsung menindih Afni dan berusaha mencium leher gadis itu.

“Aaaaagghhhh…….ttiiidddakkkkkk…”

“Llleeepasskkaannnn…..bbaaangggssattttttttt…… …..”

Afni kini meronta jauh lebih kuat. Segala upaya dia lakukan untuk melepaskan diri dari tindihan Darto yang menggumulinya. Terasa sekali nafas Darto di lehernya yang mendengus-dengus. Nampak sekali kalo Darto sudah tinggi hasrat seksualnya. Darto mencium leher Afni yang kepalanya menggeleng ke kanan dan ke kiri. Lidah-lidah Darto menyusuri leher Afni dan sekali-kali melakukan gigitan di sana.

“Aaakkhhh…aaadduhhhh…bbbiiiiinnnaaattannnggggggg…. ”

Afni menjerit kesakitan ketika Darto melakukan gigitan-gigitan yang menimbulkan cupang di lehernya. Jijik sekali Afni merasakan tubuhnya disentuh oleh bajingan yang sedang menggumulinya. Tetapi hanya mengeluarkan airmata sajalah yang Afni sanggup lakukan.

Sekitar 5 menit Darto melakukan pemanasan dengan mencium leher Afni. Kini saatnya bagi dia dan 6 orang temannya untuk melihat aset tubuh Afni yang selama ini gadis itu rahasiakan. Tangan Darto mulai melepas kancing-kancing baju Afni yang tanpa lengan itu. Afni menjadi demikian paniknya

“Ttiidaakkkkk…jjjaaanngannnnnnnnnn…….” Afni kembali menjerit.

Darto melihat betapa bersihnya ketiak wanita yang kini sedang tidak berdaya itu. Pastilah Afni selalu rajin membersihkan wilayah itu sehingga tidak terlihat guratan-guratan kehitaman seperti yang banyak Darto lihat pada cewek-cewek lokalisasi di mana dia sering datang untuk melampiaskan hasrat seksualnya. Enam buah kancing penutup baju Afni kini terlolosi sudah. Dengan kedua tangannya Darto menyibak belahan baju Afni sehingga kini nampaklah BH warna hitam yang dikenakan gadis itu. Ternyata bagian tubuh Afni yang tertutupi baju itu mempunyai warna kulit yang lebih terang daripada warna kulit lengan tangannya atau kakinya. Bagian tubuh yang tertutupi itu terlihat lebih mulus. Meskipun Afni apabila mengenakan baju lengkap tidak menunjukkan bahwa ia mempunyai bagian-bagian tubuh yang ternyata mulus tetapi warna kulit coklat pada tubuhnya adalah daya tarik sendiri. Kulit tubuhnya yang mulus kecoklatan itu semulus milik Adjeng Inez seorang presenter The Scene X Models Lativi. Kini tangan Dartopun mulai merambah ke BH hitam yang Afni kenakan. Afni semakin ketakutan karena sebentar lagi gunung kembarnya akan menjadi tontonan laki-laki yang hasrat seksnya sudah tak terbendung lagi.

“Jjaanngaannnnn………..” Afni berteriak

Tetapi tangan Darto tidak berhenti untuk melepas kait BH hitam Afni yang ada di depan sehingga 15 detik kemudian tangan Darto telah menyibak BH itu ke kanan dan ke kiri.

“Aaaaaa…..bbaaanggggsssaaaatttttttttt…..” Afni berteriak dan menangis. Rasa malu mulai menyelimuti diri wanita itu.

Kini tampaklah dua gunung kembar berukuran 34B yang bergoyang-goyang akibat gerakan Afni yang meronta. Goyangan itu semakin membuat tubuh Afni terlihat erotis sehingga membuat melotot mata laki-laki yang ada di ruangan itu. Darto segera memegang kedua gunung kembar itu dengan kedua tangannya. Secara tiba-tiba kedua tangan Darto melakukan remasan pada payudara yang ada dalam cengkramannya itu.

“Aaaakkhhhhh….aaddduhhhhhh…..bbbbiiinnnaaaattaannn gggggg…”Afni melenguh kesakitan ketika Darto melakukan remasan kasar. Tetapi semua laki-laki yang ada di sana hanya tertawa menyaksikan apa yang diperbuat oleh Darto. Darto melakukan remasan-remasan dan memuntir-muntir puting susu Afni yang berwarna coklat kemerahan. Nampak bilur-bilur merah mulai bermunculan seputar payudara Afni akibat remasan Darto. Darto dapat merasakan kekenyalan kedua gunung kembar Afni. Tidak sabar Darto untuk segera menghisap kedua gunung kembar yang kenyal itu.

“Jjjaaangaaannnnnnnn……………”

Hanya itu yang Afni bisa lakukan ketika Darto mulai mengulum payudaranya. Mungkin sekitar 8 menit Darto bermain-main dengan payudara Afni. Darto terus mencium tubuh Afni bagian dada dan turun ke arah pusar. Dapat dirasakannya betapa halusnya kulit tubuh Afni. Ciumannya terus berelanjut sampai terhalang oleh celana 3/4 bagian atas yang Afni kenakan. Rupanya ciumannya telah mencapai batas pinggang. Dengan tetap melakukan ciuman di daerah antara pusar dan batas atas celana Afni tangan Darto berberilya mencari kancing celana Afni. Gadis yang menyadari bahwa tubuhnya akan ditelanjangi itu berusaha beringsut keras agar Darto tidak berhasil membuka kancing celananya. Namun Darto tetap saja berhasil menemukan kancing itu dan dengan hanya menggunakan satu tangan dia berhasil melolosinya. Dengan gerakan perlahan Darto mulai menurunkan resleting celana Afni.

“Oohhhhh..tttiidddaakkkk………”

“Jjjanangannn bbuukaaa cceelllaanaa ssaayaaa……” Afni terdengar menangis histeris.

Darto tetap tidak merespon apa yang dikatakan oleh Afni. Temannya yang lain hanya menonton Darto mempermainkan tubuh Afni sambil sesekali terlihat seringai nafsu seksual mereka. Akhirnya resleting celana itu sudah sampai pada ujung bagian bawah. Terlihat celana dalam Afni berwarna coklat muda. Kemudian sambil terus mencium bagian perut Afni tangan darto menyusup di balik celana dalam Afni.

“Aaaaaaa……jjjaaanggaannnnnnnnnnnnnnnnnnn……” Afni menjerit kuat.

Tangan Darto dapat merasakan bulu-bulu halus kemaluan Afni. Afni berusaha mengatupkan kedua kakinya yang dipegang oleh dua orang bertato itu. Tetapi pegangan terhadap kakinya terlalu kuat sehingga tanpa bisa dicegah tangan Darto yang menyusup di balik celana dalamnya itu telah menyentuh bagian tubuhnya yang sensitif.

“Tttttiddaakkk….bbaanngggsssaaatttttttttttttt ”

Darto menggesek-gesekkan jemarinya ke permukaan vagina Afni. Masih terasa kering yang menandakan bahwa pemanasan yang dilakukannya tidak membuat Afni terangsang. Malah rasa tertekan dan ketakutan akan diperkosa itu membuat hormon seksualitas Afni tidak berfungsi sama sekali. Hanya takut dan takut sajalah yang ada dalam jiwa Afni.

Selama lebih kurang 10 menit Darto bermain pemanasan. Kini sudah saatnya dia melihat apa yang ada di balik celana 3/4 Afni. Darto kini bangkit dengan mata memerah menahan gejolak nafsu.

“Dekatin kedua kakinya….” Hanya itu yang Darto katakan.

Kedua orang bertato itu mengerti maksudnya bahwa Darto akan segera benar-benar menelanjangi Afni. Dan benar saja Darto segera memegang ujung atas celana Afni dan dengan kekuatan penuh dia pelorotkan hingga betisnya.

“Jjaaangaannnn…….bbbbiinnaataangggggggggggg…… ” Afni mengumpat dalam tangisnya.

Kini celana dalam warna coklat itu terpampang jelas. Celana itu nampak agak tipis dan elastis sehingga melekat erat pada tubuh Afni menutupi bagian vitalnya yang selama ini gadis itu rahasiakan. Tipisnya celana dalam itu tidak dapat menyembunyikan bulu-bulu kemaluan Afni yang menerawang. Tetapi celana itu tidaklah lama di sana. Dua tangan Darto kini mulai beraksi dan sekali sentak robeklah celana dalam coklat yang Afni kenakan.

“Jjjaaangaannnn….bbbaaanggssattttttttttt..kkauuuuu ……..”

Celana dalam coklat yang robek itu tidak terlepas dari tubuh Afni. Rupanya hanya satu lingkarannya saja yang putus sedangkan yang satunya lagi masih melingkar di pahanya. Darto membiarkan saja celana dalam coklat yang robek itu dan melorotkannya ke bawah hingga ke tengah paha Afni. Kini bulu-bulu kemaluan Afni terlihat. Sungguh rapi bulu-bulu itu. Hal itu menunjukkan bahwa Afni adalah gadis yang memiliki perhatian terhadap keindahan tubuh. Semua laki-laki di ruangan itu menelan ludah melihat bulu-bulu kelamin Afni. Tubuhnya yang sawo matang terang itu semakin nampak menggairahkan. Darto mencoba menyingkap bagian pangkal paha Afni untuk melihat lebih jelas bentuk alat kelaminnya. Afni menjerit ketika kedua tangan Darto menyibak pangkal pahanya

“AAAAAAaaaaaa ……….jjjaangaannnnnnnnnnnnnnnnnnn…………………..”

Afni merasa semakin malu karena tatapan mata nafsu beberapa pria yang mencoba melongok ke arah bagian tubuhnya yang paling vital. Meski tidak nampak jelas karena kedua regangan kaki Afni terhalang oleh celana 3/4 yang masih ada di betisnya tetapi penyibakan pangkal pahanya oleh Darto dirasakannya pelecehan yang paling dalam. Nampaknya darto tidak cukup puas dengan hanya menyibak pangkal paha Afni. Dengan cepat dilolosinya celana 3/4 Afni dan tidak lupa pula celana dalam coklat mudanya yang sudah robek itu.

“Pentang kakinya lebar-lebar…..Gue pengen liat kaya apa punyanya…” Darto berkata kepada dua orang bertato yang memegang kaki Afni.

“Tttiddakkkk….jaanngaannnn…..”

Akhirnya kedua orang bertato itu membuat posisi kaki Afni menjadi mengangkang sehingga alat kelaminnya menjadi terbuka dan terlihat dengan jelas. Rontaan Afni untuk mencoba mengatupkan kedua pahanya tetap saja sia-sia. Darto mulai menyentuh bagian sensitif itu.

“Bbaajjingaaannnnnn….llleeepaaasskannnnnnnnnnnn..! !!!!!!!!!”

Tanpa mempedulikan teriakan Afni dengan menggunakan dua ibu jari Darto melebarkan vagina gadis itu sehingga tampaklah bagian dalamnya. Sesaat Darto mengosok-gogok klitoris vagina itu dengan ibu jarinya dan beberapa detik kemudia mengarahkan kepalanya ke selangkangan Afni

“AAAggggggghhhhhhrrrrrrrrrrrrrr……………………..” Afni menjerit.

Darto telah memulai serangan seksualnya dengan cara menjilat vagina Afni. Dapat dirasakannya aroma khas kemaluan milik perempuan. Afni sungguh malu sekali diperlakukan demikian. Lidah Darto yang menyusup-nyusup di belahan vaginanya terasa menyayat lubuk hatinya. Sungguh Afni merasa malu yang amat sangat karena alat kelamin yang selama ini ia tutupi dan dia rahasiakan kini sedang dijilat dan dipermainkan oleh lidah laki-laki yang menurutnya berperilaku seperti binatang dengan tatapan hasrat nafsu birahi beberapa kawannya yang nampak sekali ingin melakukan hal yang sama seperti yang saat ini sedang Darto lakukan. Mungkin dalam pikiran pria yang menonton Darto itu betapa licin dan nikmatnya rasa vagina Afni. Ada sekitar 7 menitan Darto mempermainkan alat kelamin Afni dengan lidahnya. Ketika dia rasa jilatannya telah cukup membasahi alat kelamin Afni yang hanya mampu mengeluarkan erangan dan lenguhan yang terdengar erotis sejak Darto mengawali serangan oralnya laki-laki itu segera beringsut dari selangkangan Afni dan dengan tidak sabar melucuti pakaiannya sendiri. Kini tubuh telanjang Darto memperlihatkan alat kejantanannya yang telah mencuat tegang. Ukuran penisnya yang lumayan besar itu cocok dengan tubuh Darto yang sedikit tambun. Segera laki-laki yang telah dikuasai hasrat nafsu birahi itu kembali mendekati Afni yang semakin meronta dengan kuat melihat bentuk penis Darto yang baginya sangat mengerikan itu. Terbayang olehnya sebentar lagi alat mengerikan itu akan memasuki dirinya….

“Tttttiiiiddaaaakkkk….jjjjjaaannngaannnnnn….. ”

Afni menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak rela kalau tubuhnya akan disetubuhi paksa oleh Darto. Tapi Darto yang seorang rentenir itu hanya menyeringai dengan tatapan mata penuh nafsu….

Kini pria itu telah memposisikan dirinya lagi diantara kedua paha Afni yang terpentang lebar dipegangi dengan erat oleh dua preman bertato itu. Sesaat Darto mengelus-elus paha bagian dalam Afni merasakan betapa lembutnya bagian itu. Meski berkulit tubuh coklat tetapi kemulusan tubuh Afni tetap dapat dia rasakan. Sungguh berbeda sekali dengan WTS murahan yang sering dia booking yang mana sudah warna kulitnya coklat kehitaman itupun banyak dihiasi oleh sisik-sisik putih sehingga sama sekali tidak dapat dikatakan halus apalagi mulus. Kini Darto bersiap melakukan penetrasi. Diarahkannya penisnya yang telah tegang itu ke lobang kenikmatan milik Afni.

“Jjjaangggannnn……jjjaanngggannnnnn….ppaakkkks aa saayyaaaaaaaaaa….”

Kini Afni berusaha mati-matian meronta mempertahankan kehormatannya. Gadis itu menggoyang pinggulnya ke kiri dan ke kanan berusaha menghindari penis Darto yang mencari jalan untuk menyelusup ke liang kenikmatannya.

Daeng dan Bingsar yang menonton Darto berusaha keras untuk menyetubuhi Afni tersenyum terkekeh memperhatikan perjuangan Darto. Memang benar Afni sungguh binal…..Tetapi tubuh yang binal sangatlah mengasyikan untuk dinikmati….Tubuh binal biasanya memberikan kepuasan birahi yang dahsyat……Itu yang berkecamuk dalam pikiran Daeng dan Bingsar.

Darto yang kesulitan untuk memasukkan penisnya ke dalam vagina Afni segera menahan kedua pinggul Afni dengan kedua tangannya sehingga Afni tidak dapat beringsut ke kanan dan ke kiri dengan leluasa. Dengan cara menggerakkan pinggulnya Darto berusaha memposisikan penisnya ke alat kelamin Afni. Kini dia telah menemukannya. Kepala penis itu telah dirasa bersentuhan dengan bibir vagina Afni.

“Jjjjaaangaaannnnnnnn……………….” Afni menjerit ketika kepala penis Darto telah menyentuh bibir kemaluannya dan dirasa mulai melesak ke liang senggamanya itu.

“Jjjangannn..llaaakuukkkaannn…jjjaangggannnnnnnnnn ” Afni terus menjerit menghiba.

Tetapi Darto sudah tidak sabar lagi untuk segera terbang ke nirwana kenikmatan. Dengan segenap tenaga dia mendorong pinggulnya dengan keras ke arah selangkangan Afni

“Tttttiidddaakkkkkk…aaaakkhhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!! !!!!!!!!!!!!!!!!!!”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *